Pembelajaran Kontekstual Ditinjau
dari Kegiatan Belajar-Mengajar
Dari hasil observasi yang dilakukan di SMA Laboratorium Malang, proses
kegiatan pembelajaran kontekstual menurut Bapak Drs.Gianto sebagai guru mata
pelajaran Ekonomi mengaku bahwa metode pembelajaran sangat efektif dan baik
diterapkan. Beliau juga menggunakan metode pembelajaran ini. Karena menurut
Bapak Gianto, siswa akan lebih mampu menerapkan apa yang telah diajarkan. Siswa
juga nantinya diharapkan dapat mencapai hasil yang maksimal yakni berprestasi.
Namun, dilain sisi kita juga banyak menemui realita sehari-hari yang
sering ditemui oleh guru, di dalam suatu ruang kelas ketika sesi Kegiatan
Belajar-Mengajar (KBM) berlangsung, nampak beberapa atau sebagian besar siswa
belum belajar sewaktu guru mengajar, terlihat dari beberapa indicator
pertanyaan yang diberikan kepada siswa mengenai review materi pembelajaran lalu
atau materi pembelajaran yang akan datang yang telah diberitahu sebelumnya.
Untuk meningkatkan pemahaman siswa
akan materi, guru harus selalu inovasi dan improvisasi mengenai strategi
pengajarannya di kelas. Stretegi pembelajaran tersebut tidak harus sama untuk
setiap kelas atau setiap siswa, strategi pembelajaran tersebut adalah
customized sesuai dengan kondisi dan kemampuan dari anak didik. Pada setiap
materi pembelajaran, siswa dituntut mampu memahami dan mengerti dikarenakan
pemahaman antar materi adalah berlanjut.
Untuk mempermudah pemahaman siswa,
perlu ada strategi inovatif yang membantu tugas guru di kelas melalui pembuatan
model pembelajaran seperti pada kehidupan nya, misal materi perbankan, siswa
dapat membuat model bank di kelas dengan bentuk pelayanan
dan
fasilitas seperti di bank. Siswa dapat menjadi penabung, karyawan
bank,
teller, untuk mempermudah pemahaman mereka sendiri.
Pendekatan kontekstual CTL
(Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru
mempermudah pemahaman siswa dengan mengaitkan antara materi dan keadaan di
dunia nyata atau berdasarkan fakta yang ada. Teori pembelajaran
kontekstual ini beranggapan bahwa belajar bukan menghapal, melainkan mengalami,
di mana peserta didik dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, melalui
partisipasi aktif secara inovatif dalam proses pembelajaran.
Prinsip pembelajaran
kontekstual adalah aktifitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya
menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.Melalui
pendekatan pembelajaran kontekstual, mengajar bukanlah transformasi pengetahuan
dari guru kepada siswadengan menghapal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya
terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi ditekankan pada upaya memfasilitasi
siswa untuk mencari kemampuan bias hidup (life skill) dari apa yang
dipelajarinya.
Ketika para
siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika
mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi
dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif memilih, menyusun,
mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan
membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam
situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna.
B.
Model Pembelajaran Kontekstual yang Diterapkan
Dari hasil observasi, sejauh ini terlihat
bahwa pembelajaran kontekstual memang banyak memperoleh suara atau dukungan
dari bapak/ibu guru. Karena, teori dan prinsip pembelajarannya yang di nilai
efektif dan mudah diterapkan, namun guru masih belum seutuhnya menggunakan
metode pembelajaran ini. Dalam proses pembelajaran diterapkan berbagai model
pembelajaran, diantaranya :
1.
Model
pembelajaran CTL ini bertujuan agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna
2.
Model
pembelajaran model CTL ini bertujuan untuk mengajak anak pada suatu aktivitas
yang mengkaitkan materi akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari. Tujuan
pembelajaran model CTL ini agar siswa secara individu dapat menemukan dan
mentrasfer informasi-informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu
miliknya sendiri.
C.
Metode-Metode yang Digunakan
pada Teori Pembelajaran
Kontekstual
1.
Pendekatan
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja ber-sama untuk
menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Contextual Teaching &
Learning (CTL) dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa
saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup
mudah.
Seorang
guru bisa memilih ketrampilannya untuk
menerapkan kepada peserta didik saat mengajar. Untuk selanjutnya adalah metode
pembelajaran yakni perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan
pembelajaran termasuk cara penilaian yang akan dilaksanakan. Pengertian seluruh
perencanaan itu jika dikaitakan dengan konsep yang berkembang dewasa ini
meliputi SK (Standar Kompetensi), KD (Kompetensi Dasar), indicator, tujuan
pembelajaran, persiapan pembelajaran, kegiatan pembelajaran mulai awal, inti,
dan penutupnya, serta media pembelajaran, dan sumber pembelajaran yang terkait.
2.
Strategi
Strategi pembelajaran
adalah rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran yang terkait dengan pengelolaan
siswa, pengelolaan guru, pengelolaan kegiatan , pengelolaan penilaian (asesmen) agar pembelajaran lebih efektif
dan efisien sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Seiring dengan
adanya perubahan paradigm, istilah
penilaian dimaknai dengan evaluasi.
Pengajaran
dianggap setara dan identik dengan pembelajaran dimana siswa yang berperan
aktif.
D.
Implementasi Pembelajaran
Kontekstual di Kelas
Implementasi atau penerapan pembelajaran kontekstual atau
CTL merupakan salah satu pendekatan yang direkomendasikan untuk dilaksanakan
dalam pembelajaran di kelas untuk memberi efek pengalaman belajar optimal
kepada siswa. Peningkatan di bidang pendidikan dirasa perlu untuk dilaksanakan.
Untuk itu diperlukan sebuah pendekatan pembelajaran yang dapat memberdayakan siswa.
Pendekatan kontekstual mendasarkan
diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut. Anak belajar dari mengalami sendiri,
mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna
pada pengetahuan itu. Anak harus
tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk
memecahkan masalah.
Hal tersebut dapat dipahami karena di dalam CTL melibatkan
tujuh komponen utama, yaitu constructivisme (membangun), questioning
(bertanya), inquiry (mencari), learning community (masyarakat belajar),
modelling (pemodelan), reflection (umpan balik), dan authentic assessment
(penilaian sebenarnya).
Seorang guru sebagai salah satu subyek
penelitian yang berinteraksi langsung dan bersifat kontinuitas dengan peserta
didik, maka guru bertanggung jawab dalam mensukseskan pendidikan dalam konteks
meningkatkan kualitas pesert didik. Sebagai upaya menuju meningkatkan kualitas
peserta didik, guru berkompeten memilih metode dan model pembelajaran, karena
hal tersebut berimplikasi pada proses kegiatan belajar mengajar yang selalu
menuntut arah transformasi kedua belah pihak. Baik guru amupun peserta didik
dalam kompetensi yang diajarkan.
Dalam menerapkan pembelajaran kontekstual di kelas, seorang
guru harus memerhatikan tujuh komponen CTL sebagai berikut:
a.
Konstruktivisme : peserta didik
dikondisikan agar mampu membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru
berdasarkan pada pengetahuan awal yang telah mereka miliki.
b.
Inquiry : peserta didik belajar
mencari (melalui pengamatan) dan menemukan sendiri hal-hal yang harus diketahui
dari sebuah topik yang disajikan kehadapan mereka.
c.
Questioning (Bertanya), dengan bertanya
pengajar mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir Peserta didik
terhadap topik/materi.
d.
Learning community (masyarakat
belajar), disini peserta didik berkumpul dengan teman sebayanya untuk saling
berbagi ide, curah pendapat, dan tukar pengalaman.
e.
Modeling (pemodelan), tujuan
adanya pemodelan adalah agar peserta didik mempunyai gambaran nyata tentang apa
yang akan mereka lakukan selanjutnya. Yang menjadi model tidak selalu harus
guru, tetapi bisa juga peserta didik atau orang luar yang memiliki keterampilan
yang harus dicapai
f.
Reflection (refleksi), pada
tahap ini peserta didik diminta untuk mencatat setiap kejadian yang telah
mereka lalui, memikirkannya, dan merefleksikannya. Semua hal itu digunakan
peserta didik untuk mengevaluasi pembelajaran yang telah mereka laksanakan.
g.
Authentic assessment (penilaian
otentik) , yaitu penilaian yang dilakukan tidak terbatas secara kognitif
(melalui paper and pen test) saja, tapi lebih holistik, yaitu penilaian proses
dan produknya.
E.
Hasil Belajar Siswa dengan Metode Pembelajaran Kontekstual
Dalam pelayanan profesional kurikulum 2013, kompetensi dasar
kelulusan pada mata pelajaran ekonomi adalah kemampuan untuk mengungkapkan
gagasan kreatif dalam kegiatan perekonomian. Kompetensi dasar tersebut dapat dinilai
melalui indikator menunjukkan gagasan kreatif dan mandiri. Evaluasi hasil
belajar pada mata pelajara ekonomi adalah performance test : diskusi konsep
kreativitas dan kemandirian (2) identifikasi contoh hasil kreativitas.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berdasarkan pendekatan
pembelajaran kontekstual dikelas percobaan yaitu dikelas XI.1 tidak hanya untuk
mendapatkan umpan balik berupa hasil test yang dilakukan sesudah tindakan, tapi
juga mencoba mengali beberapa informasi yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung meliputi: aktivitas guru dalam mengelola KBM, aktivitas siswa dalam
merespon pembelajaran dan suasana kelas secara umum.
Untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa, diperlukan
suatu evaluasi setelah selesai mengajarkan satu pokok bahasan atau sub pokok
bahasan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Alat yang digunakan untuk
melihat hasil belajar siswa dapat menggunakan beberapa cara, yaitu tes lisan,
tes tertulis, dan tugas-tugas. Berkaitan dengan penelitian ini, peningkatan
hasil belajar siswa mata pelajaran ekonomi dilihat melalui skor post-test
setelah diberikan umpan balik untuk kelompok eksperimen dan skor post-test
untuk kelompok kontrol melalui tes tertulis. Tes lisan digunakan untuk
melengkapi kekurangan dalam tes tertulis yang telah dikerjakan siswa.
Sedangkan tes tertulis digunakan untuk memudahkan pemeriksaantes dan
tes penentuan skor. Indikator hasil belajar siswa pada penelitian ini tidak
hanya diamati melalui hasil evaluasi yang dilakukan melalui post-test, tapi
juga didukung oleh faktor-faktor lainnya yaitu : pertama, tercapainya tingkat
pemahaman siswa melalui tingkat indikator SKBM (standar Ketuntasan Belajar
Minimal) yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran dengan CTL,
dan kedua, tercapainya indikator keberhasilan pembelajaran CTL melalui
penilaian tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual
Ketika para pendidik
menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan komponen-komponen
pembelajaran kontekstual atau CTL (Contextual Teaching and Learning), yang
sesuai, maka kesesuaian tersebut adalah alasan mendasar yang menyebabkan
sistem CTL (Contextual Teaching and Learning) memiliki kekuatan yang luar
biasa untuk meningkatkan kinerja siswa.
Hasil akhir dari proses
mengajar adalah kemampuan peserta didik yang tinggi untuk dapat belajar dengan
mudah dan efektif. Perkembangan konsep pembelajaran yang mengarah pada praktik
pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dapat
didefinisikan secara ringkas bahwa mengajar adalah suatu proses kegiatan untuk
mencapai kemajuan sesuai dengan tingkat perkembangan potensi.
Didalam konsep belajar
terdapat metode pembelajaran dan teknik pembelajaran.Suatu pendekatan
pembelajaran menggambarkan sifat-sifat dan cirri khas suatu pokok bahasan yang
diajarkan.Dalam pengertian pendekatan pembelajaran tergambar latar psikologis
dan latar pedagosis dari pilihan metode pembelajaran yang digunakan dan
diterapkan oleh guru bersama siswa.